Aceh juga memiliki beberapa permainan tradisional karya nenek moyang terdahulu yang diwariskan turun-temurun melalui generasi-generasi hingga sampai saat ini. bebarapa permainan tradisional aceh yang dulunya sering dimainkan sekarang sudah mulai sedikit diminati seperti permainan Gatok, Haba Dang Daria dan lainnya. Bahkan yang paling menarik sebagian generasi aceh tidak mengenal sama sekali permainan-permainan tersebut. Untuk mengingat kembali memori kita akan warisan budaya leluhur, postingan ini akan coba membahas salah satu permainan tradisional aceh, Geulayang Tunang. Selain geulayang tunang masih ada beberapa permainan lain seperti Pupok Leumo, geude-geude, Seurune Kalee, Geundrang, Alee Tunjang dan Kecapi. Tapi untuk saat ini cukup tentang geulayang tunang dan sisanya untuk postingan selanjutnya.
Geulayang Tunang atau geulayang Kleung atau geulayang sayeup atau geulayang buleun merupakan sebutan rakyat aceh untuk permainan layang-layang. setiap daerah di aceh memiliki sebutan sendiri untuk permainan ini tapi pada dasarnya tetap sama. Asal usul Geulayang tidak diketahui dengan pasti mengingat catatan sejarah aceh tidak menulis mengenai permainan ini, bila kita melihat sejarah layang di dunia Catatan pertama yang menyebutkan permainan layang-layang adalah dokumen dari Cina sekitar 2500 Sebelum Masehi. Penemuan sebuah lukisan gua di Pulau Muna, Sulawesi Tenggara, pada awal abad ke-21 yang memberikan kesan orang bermain layang-layang menimbulkan spekulasi mengenai tradisi yang berumur lebih dari itu di kawasan Nusantara. Diduga terjadi perkembangan yang saling bebas antara tradisi di Cina dan di Nusantara karena di Nusantara banyak ditemukan bentuk-bentuk primitif layang-layang yang terbuat dari daun-daunan. Di kawasan Nusantara sendiri catatan pertama mengenai layang-layang adalah dari Sejarah Melayu (Sulalatus Salatin) (abad ke-17) yang menceritakan suatu festival layang-layang yang diikuti oleh seorang pembesar kerajaan.
Layang aceh terdiri dari bagian kepala, sayap, badan serta ekor bila di udara dalam jarak tertentu layang aceh mirip dengan seekor elang sehingga muncul istilah Geulayang Kleung [layang elang].
Permainan Layang aceh dapat dimainkan oleh orang dewasa hingga anak-anak. Ukuran standar untuk orang dewasa rata-rata +2 meter, sedangkan untuk anak-anak disesuaikan dan biasanya dibuat dalam ukuran lebih kecil. Proses pembuatan layang tunang harus memperhatikan ketentuan-ketentuan tersendiri dan biasanya untuk layang yang diperlombakan biasanya dibuat oleh sang ahli. Diriwayatkan, untuk membuat sebuah layang tunang dibutuhkan waktu hingga satu tahun untuk menghasilkan layang dengan kualitas terbaik. Mulai dari memilih bambu untuk rangka hingga menentukan ukuran proporsional setiap bagian layang. Bambu dipilih yang sudah berumur tua serta arah kecondongan bambu. Untuk mendapatkan bambu terbaik Kebanyakan mereka mencari bambu hingga ke tengah hutan belantara. Sedangkan Rangka layang dapat disimpan 20 sampai 30 tahun lamanya.
Permainan layang tunang dimainkan sebagai hiburan musiman, biasanya berlangsung setelah musim panen. Selesai panen sawah-sawah dibiarkan untuk beberapa waktu sebelum ditanam kembali. pada masa tersebut permainan layang tunang dilaksanakan diareal persawahan sekedar selingan masyarakat setelah semusim menuai padi disawah. Permainan belangsung mulai sore sampai menjelang shalat magrib.
Dahulu perlombaan layang diikuti oleh setiap meunasah/gampong, setiap gampong mewakili 1 layang untuk diikut sertakan. setiap gampong baik laki-laki maupun wanita ikut berperan dalam kelompok dengan membagi tugas untuk mendukung team gampongnya. Berbeda dengan sekarang perlombaan diikuti secara individu/perorangan.
Cara pembuatan
Lebar seluruh sayap merupakan ukuran utama untuk menentukan ukuran pada bagian lainnya. Untuk memudahkan saya lampirkan gambar dibawah. Langkah pertama tentukan ukuran utama lebar sayap (a) karena ini akan menjadi pedoman dasar, selanjutnya ukuran tinggi secara keseluruhan mulai dari kepala (seureungguek) sampai dengan ekor (kipas ikue) (b) yaitu ½ x ukuran utama sayap ( ½ x a = b) misalnya ukuran keseluruhan sayap 200cm maka ½ x 200 = 100 cm. Begitu juga dengan lainnya anda bisa melihat digambar. Disamping kualitas yang harus diperhatikan dalam membuat layang aceh juga dituntut teliti dalam pemasangan tali teraju (talo teuraje) ini penting karena akan menentukan layang ppada saat terbang. Bila pemasangan tali ini kurang sempurna resikonya layang akan berputar-putar dan jatuh ke tanah. Untuk pemasangan tali juga harus berpedoman pada ukuran layang tersebut. Untuk tali utama (a) ukuranya ½ x lebar sayap secara keseluruhan. Sedangkan untuk tali kedua (b) berdasarkan ukuran lebar muka layang.
Jalannya perlombaan
Sebagaimana namanya layang ini memang kebanyakan untuk diperlombakan. Pemenang dinilai layang yang paling depan (vertikal) pada batas waktu yang ditetapkan juri. Panjang Benang untuk layang juga ditentukan oleh juri dan diberi tanda agar ketinggian layang sama. Alasan ini karena mengingat udara memiliki perbedaan arah angin serta kecepatannya. Biasanya memerlukan benang sepanjang 1000 m untuk perlombaan. Pada saat batas yang ditentukan sudah dicapai, oleh sang juri menghitung mundur waktu dan layang diikat pada bambu yang telah disiapkan, pada saat ini benang layang tidak boleh dipegang sedangkan Layang dianggap gugur apaila pada waktu sudah ditetapkan layang tiba-tiba putus.
Selain menjadi hiburan musiman, permainan geulayang tunang mengandung nilai sosial budaya terutama terciptanya sifat kebersamaan serta membangun budaya gotongroyong. Zaman telah berubah ketika gotong royong menjadi barang langka. Permainan-permainan modern dalam waktu singkat membanjiri pasaran, sedangkan permainan tradisional meskipun masih dimainkan namun menjadi sedikit peminatnya dan perlahan mulai ditinggalkan. Setidaknya meskipun tidak pernah memainkannya kita masih ingat bahwa aceh juga memiliki warisan budaya geulayang tunang…saleum acehdesain.
Sumber : wikipedia, Peralatan Hiburan dan Kesenian Tradisional Prov. Aceh.
1 komentar:
yang e gimana dan tali nya kurang jelas maksud nya
Posting Komentar